Senin, 25 April 2011


 Radja

Dari zaman yunani kuno hingga sekarang, model dan teori atom terus berkembang. Melalui model dan teori atom, kita dapat mengetahui struktur suatu atom. Perkembangan tersebut tidak dapat dilepaskan dari upaya para ilmuwan diantaranya Democritus, John Dalton, J.J. Thomson, Rutherford, Chadwick, Milikan, Niels Bohr, Schrodinger, de Broglie dan Heisenberg. Tulisan ini mau membahas tentang perkembangan model dan teori atom yang diawali oleh Democritus lalu diikuti oleh beberapa ilmuwan lainnya hingga sampai pada penemuan model atom Thomson.
Teori Atom Democritus (460 SM–370 SM)
Democritus mengembangkan teori tentang penyusun suatu materi. Menurut Democritus jika suatu materi dibelah terus-menerus suatu ketika akan diperoleh suatu partikel fundamental yang disebut sebagai atom (Yunani: atomos = tidak terbagi). Democritus beranggapan bahwa ada tak terhingga jenis atom di alam semesta, di mana masing-masing atom mempunyai sifat tersendiri. Sebagai contoh, “Atom kayu”, akan berperilaku berbeda dengan “atom air”. Sifat-sifat dari atom ini yang akan terasa oleh indera kita, sebagai warna, berat dan lain-lain. Menurut Democritus, atom tidak dapat dimusnahkan dan mereka ada dalam ruang hampa atau kosong, yang berhubungan dengan ruang antara atom. Atom hanya berbeda dalam bentuk, posisi, dan pengaturan. Pendapat ini ditolak oleh Aristoteles (384–322 SM), yang berpendapat bahwa materi bersifat kontinu (materi dapat dibelah terus-menerus sampai tidak berhingga). Aristoteles lebih menyetujui teori Empedokles, yaitu materi tersusun atas api, air tanah dan udara. Sekitar tahun 1592 - 1655  Gasendi mengemukakan bahwa atom merupakan bagian terkecil suatu zat.
Teori Atom John Dalton
Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnaya tentang atom. Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”. Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut:
Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak peluru.
Pada perkembangan selanjutnya ditemukan berbagai fakta yang tidak dapat dijelaskan oleh teori tersebut. Melalui teori ini Dalton dapat menerangkan Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) dan  dapat menerangkan hukum perbandingan tetap. Akan tetapi teori ini memiliki bebarapa kelemahan dimana Dalton tidak dapat menjelaskan sifat listrik materi dan  cara atom-atom saling berikatan.  Model atom  Dalton ini tidak dapat menjelaskan perbedaan antara atom unsur yang satu  dengan unsur yang lain. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat dijelaskan setelah ditemukan beberapa partikel penyusun atom, seperti elektron ditemukan oleh Joseph John Thomson tahun 1900, penemuan partikel proton oleh Goldstein tahun 1886.
Teori William Crookers
Pada tahun 1861, William Crookers menemukan sebuah elemen yang sebelumnya dikenal sebagai emisi jalur hijau cerah yang tampak pada spektrum. Elemen ini diberi nama Elemen Thallium, dari bahasa Yunani, thallos. Crookers adalah orang yang mengembangkan tabung katoda yang dikenal dengan sebutan tabung Crookers. Melaui tabung ini ia melakukan percobaan untuk menyelidiki sinar katoda. Dalam eksperimennya ia menemukan adanya seberkas sinar yang muncul dari arah katoda menuju ke anoda. Ia menyebut sinar itu sebagai sinar katoda. Melalui investigasinya, konduksi listrik dalam gas tekanan rendah, ia menemukan bahwa tekanan diturunkan, elektroda negatif (katoda) muncul untuk memancarkan sinar (yang disebut sinar katoda, sekarang dikenal sebagai aliran dari elektron bebas.
George Johnstone Stoney (1826-1911)
Stoney merupakan salah satu dari sekelompok ilmuwan Irlandia yang membuat kontribusi yang signifikan untuk mempelajari spektrum cahaya dari berbagai warna yang dipancarkan atau diserap oleh zat yang berbeda. Yang paling penting dari karya ilmiah Stoney adalah konsepsi dan perhitungan besarnya atom atau partikel listrik. Stoney merupakan orang pertama yang memperkenalkan elektron. Pada awal 1874 Stoney telah menghitung besarnya elektron melalui data yang diperoleh dari elektrolisis air dan teori kinetik gas. Nilai yang diperoleh kemudian dikenal sebagai coulomb. Akan tetapi teori ini memiliki kelemahan di mana Stoney tidak dapat menjelaskan pengertian atom dalam suatu unsur memiliki sifat yang sama sedangkan unsur yang berbeda akan memiliki sifat berbeda, padahal keduanya sama-sama memiliki elektron.
Robert Andrew Milikan
Besarnya muatan dalam elektron ditemukan oleh Robert Andrew Milikan (1908) melalui percobaan tetes minyak Milikan seperti  pada gambar di bawah. Minyak disemprotkan ke dalam tabung yang bermuatan listrik. Akibat adanya gaya gravitasi sehingga mengendapkan tetesan minyak yang turun. Bila tetesan minyak diberi muatan negatif maka akan tertarik ke kutub positif medan listrik. milikan menemukan bahwa muatan tetes-tetes minyak selalu bulat dari suatu muatan tertentu, yaitu 1.602 x 10-19 coulomb.
Sir Joseph John Thomson (1856-1940)
            Pada tahun  1897  J.J Thomson melanjutkan eksperimen William Crookes yaitu pengaruh medan listrik dan medan magnet dalam tabung sinar katoda. Dalam penelitiannya dia mempelajari bahwa tabung katoda pada kondisi vakum parsial (hampir vakum) yang diberi tegangan tinggi akan mengeluarkan “berkas sinar”
Gambar Eksperimen Thomson
dimana Thomson menyebut sinar ini sebagai “berkas sinar katoda” disebabkan berkas sinar ini berasal dari katoda. Berkas sinar katoda ini apabila didekatkan dengan medan listrik negative maka akan dibelokan (berkas sinar katoda ini tertolak oleh medan negatif), berdasarkan hal ini maka Thomson menyatakan bahwa berkas sinar katoda itu adalah partikel-partikel yang bermuatan negatif yang ia sebut sebagai “corpuscle”. Dia juga meyakini bahwa corpuscle itu berasal dari atom-atom logam yang dipakai sebagai elektroda pada tabung katoda. Dengan menggunakan jenis logam yang berbeda-beda sebagai elektroda yang dia gunakan pada tabung katoda maka percobaan Thomson tetap menghasilkan berkas sinar katoda yang sama.  Akhirnya Thomson menyimpulkan bahwa setiap atom pasti tersusun atas corpuscle. Corpuscle yang ditemukan oleh Thomson ini kemudian disebut sebagai “elektron”. Dari asumsi tersebut dia akhirnya meyakini bahwa atom sebenarnya tidak berbentuk masiv (berbentuk bulatan yang pejal) akan tetapi tersusun atas komponen-komponen penyususn atom. Di alam atom berada dalam keadaan yang stabil dan memiliki muatan yang netral, dengan demikian Thomson lebih lanjut mengasumsikan bahwa di dalam atom itu sendiri pasti terdapat bagian yang bermuatan positif. Dari asumsi tersebut maka Thomson mengajukan struktur atom sebagai bulatan awan bermuatan posistif dengan elektron yang terdistribusi random di dalamnya. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katoda merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron. Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positif untuk menetralkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom Dalton dan mengemukakan teori atomnya yang menyatakan bahwa:  "Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan negatif elektron". Ini  yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson.
                   
Melalui hasil percobaan Milikan dan Thomson diperoleh muatan elektron –1 dan massa elektron 0, sehingga elektron dapat dilambangkan . Thomson berhasil mencirikan elektron dan mengukur nisbah muatan terhadap massa (nilai e/m) dari partikel sinar katode sebesar 1.76 x 108 Coulomb/gram di mana nilai  e = 1.602 x 10-19 coulomb ; maka massa elektron = 9.11 x 10-28 gram.  
Setelah penemuan elektron, maka teori Dalton yang mengatakan bahwa atom adalah partikel yang tak terbagi, tidak dapat diterima lagi. Pada tahun 1900, J.J Thomson mengajukan model atom yang menyerupai roti kismis. Menurut Thomson, atom terdiri dari materi bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron bagaikan kismis dalam roti kismis yang menyebar secara merata. Model atom Thomson berhasil menerangkan banyak sifat atom yang diketahui seperti ukuran, massa, jumlah elektron dan kenetralan muatan elektrik.  Dalam model atom ini sebuah atom dipandang mengandung Z elektron yang dibenamkan dalam sebuah bola bermuatan positip seragam. Muatan positip bola adalah Ze, massanya pada dasarnya adalah massa atom karena massa elektron terlalu ringan sehingga tidak banyak mempengaruhi massa atom dan bahwa jari-jari bola ini adalah jari-jari atom itu sendiri.  Akan tetapi teori Thomson memiliki kelemahan di mana ia  tidak mampu menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
Kelemahan teori atom Thomson tersebut dapat dijelaskan dengan persamaan dasar elektrostatika. Bahwa gaya sebuah elektron yang berjarak r dari pusat bola bermuatan positif berjari-jari R dapat dihitung dengan persamaan elektrostatik. Dari gambar model atom Thomson di atas, maka fraksi volume sebuah bola berjari-jari r dari volume keseluruhan bola berjari-jari R sama dengan fraksi muatan bola itu dari muatan total Ze. Sehingga
qdalam = Ze
Menurut hukum Gauss, medan listrik pada jarak r dapat dicari dari muatan total yang tekandung di dalam bola berjari-jari r :
           
Akan tetapi karena sifat simetri bola maka medan elektrik E tetap nilainya di seluruh permukaan bola, sehingga integralnya dapat langsung dihitung dengan hasil E.4πr2, sehingga ;
            E =  
Dari persamaan ini muatan total yang tekandung dalam bola dapat diperoleh ;
               dan karena elektron dengan muatan e mengalami gaya sebesar F = eE , maka ;
              dengan k = Ze2/ 4π0R3
Dari sini dapat diketahui bahwa gaya ini cendrung menarik elektron menuju pusat atom sehigga hasilnya dapat memberantakkan atom. Oleh karena itu harus ada gaya lain yang melawan tarikan elektrik ini agar semua elektron dipertahankan tetap setimbang pada jari-jari r. Gaya tambahan ini dipasok oleh gaya tolak menolak antara elektron sehingga semua elektron  tetap dalam kesetimbangan mantap. Kita memperkirakan bahwa elektron-elektron dalam atom Thomson akan bergetar sekitar kedudukan  setimbangnya dengan frekuensi v = (1/2π) x . Setiap muatan elektrik yang bergetar memancarkan gelombang elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi getarnya maka dapat diperkirakan bahwa berdasarkan model atom Thomson, semua frekuensi radiasi yang dipancarkan juga harus memancarkan gelombang elektromagnetik karena mengalami getaran. Akan tetapi terbukti bahwa frekuensi ini ternyata tidak cocok dengan frekuensi radiasi yang dipancarkan karena atom-atom tidak memancarkan atau menyerap radiasi pada frekuensi yang sama. Kenyataan inilah yang sulit diterangkan oleh Thomson. Kelemahan Thomson yang lain adalah berasal dari hamburan partikel bermuatan atom yang tidak dapat dijelaskan (hamburan α)
            Kelemahan dan kekurangan teori atom Thomson berdasarkan analisis terhadap berbagai hasil percobaan hamburan seperti ini mendorong Rutherford untuk meneruskan penelitian tentang atom, yang secara garis besar mengusulkan bahwa massa dan muatan  positif atom tidaklah tersebar secara merata dalam seluruh volume atom, tetapi terbatas hanya dalam suatu daerah sangat kecil dengan diameter sekitar 1014m pada pusat atom.





Pustaka
Krane Kenneth, Fisika Modern, Universitas Indonesia (UI-Press),  Jakarta, 1992
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/VERA%20N%20MUTIARA_0601918/thomson.html

http://www.scribd.com/doc/18530968/Teori-Atom-Democritus1

http://www.forumsains.com/artikel/perkembangan-teori-atom/?wap2
http://www.forumsains.com/artikel/perkembangan-teori-atom/



Ilmu Pengetahuan Yunani Sebelum Aristoteles

Radja
Bila anda ingin menemukan orang kuat pergilah ke Sparta[1], tetapi bila Anda ingin menjumpai orang pintar dan bijak, datanglah ke Athena[2]” (Socrates).
Yunani merupakan salah satu bangsa yang disebut-sebut sebagai pusat peradaban dunia yang dari abad ke abad mengalami perkembangan terutama pola pikir manusianya. Sebelum munculnya periode filsafat, bangsa Yunani terkungkung dalam pola pikir yang mitosentris, artinya segala sesuatu selalu dihubungkan dengan mitos yang berkaitan dengan dewa dewi yang menjadi pusat kepercayaan mereka. Keadaan demikian memicu beberapa pemikir untuk mulai melihat sesuatu yang “baru” di luar kehidupan mereka secara logosentris. Inilah awal dari transisi pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris sekaligus sebagai awal dari sebuah periode yang disebut periode filsafat. Tulisan ini mau mengantar kita untuk mengenal para tokoh-tokoh pemikir (filsuf) yang mencoba mengungkapkan teori-teori mereka sebagai “pembaharu pemikiran” bagi bangsa Yunani. Para tokoh ini menjadi pendahulu dari Aristoteles yang memulai sebuah periode baru yakni periode filsafat.
Yunani Kuno sangat identik dengan filsafat. Bagi mereka filsafat diibaratkan sebagai kunci yang membuka pintu pengetahuan. Periode filsafat merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris[3] menjadi logosentris[4]. Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya dengan mulai munculnya pemikir-pemikir yang coba mengkaji tentang asal usul alam. Transisi pengetahuan ini membuat manusia pada tahap itu tidak hanya menerima pengetahuan sebagaimana adanya tetapi secara spekulatif  mencoba mencari jawaban tentang asal usul dan sebab akibat dari segala sesuatu.
Thales ( 624-546 SM )
 Ia adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya dengan menggunakan rasio dengan tanpa bersandar pada mitos. Ia lahir di kota Melitus.[5] Dari segi filsafat alam kosmologi ia berpendapat bahwa pangkal dari segala sesuatu adalah air. Dari air segala sesuatu berasal dan kepada air pula segalanya akan kembali. Dalam bidang fisika, Thales mengemukakan tentang kemagnetan dan kelistrikan. Dalam bidang astronomi ia mengemukakan bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, dan dapat menghitung kapan akan terjadinya gerhana matahari.  Dalam bidang matematika Thales sangat terkenal dengan pendapatnya tentang dalil-dalil geometri di mana sudut alas dari suatu segi tiga adalah sama besar. Pokok-pokok pemikiran Thales dapat diuraikan sebagai berikut :
Air Sebagai Prinsip Dasar Segala Sesuatu
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche) segala sesuatu. Air menjadi pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.

Pandangan tentang Jiwa

Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini disebut hylezoisme[6]. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.

Teorema Thales

Di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan apa yang disebut teorema Thales, kendati belum tentu seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya. Teorema Thales berisi sebagai berikut:
1.      Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh diameternya.
2.      Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki adalah sama besar.
3.      Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang saling berlawanan akan sama.
4.      Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran adalah sudut siku-siku.
5.      http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/44/Thales%27_Theorem_Simple.svg/100px-Thales%27_Theorem_Simple.svg.png Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang bersinggungan dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.




Jika AC adalah sebuah diameter, maka sudut B adalah selalu sudut siku-siku.
\textstyle \frac{DE}{BC} = \frac{AE}{AC } = \frac{AD}{AB}http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d5/Thales_theorem_1.png/200px-Thales_theorem_1.png 
Selain Thales terdapat juga beberapa filsuf yang mengemukakan pendapat dan teori-teorinya. Para filsuf itu diantara adalah :

                        Ia berpendapat bahwa zat dasar adalah udara. Segala zat terjadi dari udara yang merapat dan merenggang. Sehingga manusia memiliki ketergantung pada udara.
Ia mencoba menjelaskan bahwa subtansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas dan meliputi segalanya. Dia tidak setuju unsur utama alam adalah salah satu dari unsur-unsur yang ada, sepertiair atau tanah. Unsur utama alam harus yang mencakup segalanya, yang dinamakan aperion[7]. Ia adalah air, maka air harus meliputi segalanya termasuk api yan merupakan lawannya. Padahal, tidak mungkin air menyingkirkan anasir api. Karena itu, Anaximandros tidak puas dengan menunjukkan salah satu anasir sebagai prinsip alam, tetapi ia mencari yang lebih dalam yaitu zat yang tidak dapat diamati oleh pancaindra.  Sementara pada bidang astronomi ia berpendapat bahwa langit dan  segala isinya mengelilingi bumi dan sebenarnya langit yang nampak itu hanya separuhnya saja.

Heraklitos (540-480 SM)
Ia melihat alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. itu berarti bahwa bila kita hendak memahami kehidupan kosmos itu dinamis. Segala sesuatu saling bertentangan dan dalam pertentangan itulah kebenaran. Gitar tidak akan menghasilkan bunyi kalau dawai tidak ditegangkan antara ujungnya. Karena itu dia berkesimpulan, tidak ada satupun yang benar-benar ada, semuanya menjadi. Ungkapan yang terkenal dari Heraklitos dalam menggambarkan perubahan ini ialah Panta rhei uden menei (semuanya mengalir tidak ada satupun yang tinggal mantap).  Itulah sebabnya ia mempunyai kesimpulan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukan bahannya. melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat melunakan es. Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu sendiri. Baginya yang mendasar dalam alam semesta adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api. Api adalah segala sesuatu sebab api menggerakan sesuatu, menghidupkan alam semesta yang berubah-ubah di dalam sifatnya dalam proses yang kekal. Yang kekal hanyalah perubahan sebab segala sesuatu adalah mengalir.
 Parmenides (515-440 SM)
Menurutnya, realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Dia menegaskan bahwa yang ada itu ada. Inilah kebenaran. Coba bayangkan apa konsekuensi bila ada orang yang mengingkari kebenaran itu. ada dua pengandaian yang mungkin. Pertama, adalah orang bisa mengemukakan yang ada itu tidak ada. Kedua, atau orang dapat mengemukakan bahwa yang ada itu serentak ada dan serentak tidak ada. pengandaian pertama bertolak dengan sendirinya karena yang tidak ada memang tidak ada. Yang tidak ada tidak dapat dipikirkan dan menjadi objek pembicaraan. Pengandian kedua tidak dapat diterima karena antara ada dan tidak ada tidak terdapat jalan tengah, yang ada akan tetap ada dan tidak mungkin menjadi tidak ada, begitu juga yang tidak ada tidak mungkin beruubah menjadi ada. Jadi, harus disimpulkan bahwa yang ada itu ada dan itulah satu-satunya kebenaran.
Benar tidak suatu pendapat diukur dengan logika. Bentuk ekstrim pernyataan itu adalah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia. Dari pandangan ini dia mengatakan bahwa alam tidak bergerak, tetapi diam karena alam itu satu, yaitu ada dan yang ada itu satu. Dia menentang pendapat Heraklitos yang mengatakan alam selalu bergerak. Gerak alam terlihat, menurut Parmenides adalah semu, sejatinya alam itu diam. Akibat dari pandangan ini kemudian muncul prinsip panteisme[8] dalam memandang realitas.
Mengemukakan pendapatnya bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Dalam kosmologi[9] ia mengemukakan bahwa terdapat empat unsur dasar yakni bumi, air, api, dan udara. Dalam bidang matematika ia mengemukakan pendapat yang terkenal yaitu kuadrat panjang sisi miring  sebuah segi tiga siku-siku sama dengan kuadrat panjang kedua sisi siku-sikunya. Inilah yang kita kenal dengan rumus Pythagoras.
Empedokles (455-435 SM)
            Ia menerima empat gagasan Phytagoras dan mengatakan bahwa sifat segala benda terjadi dari campuran keempat unsur itu dalam perbandingan yang berbeda. Empat unsur itu adalah sifat panas, dingin, basah, dan kering. Kering dan dingin membentuk bumi sedangkan panas dan kering adalah unsur pembentuk api. Api berasal dari basah dan dingin. Udara dari basah dan panas. Ia juga mengemukakan teori tentang kemagnetan yakni segala benda yang sejenis akan tarik menarik sedangkan yang berlawanan akan tolak menolak.
Leukipos dan Demokritos (460-370 SM)
            Kedua tokoh ini mengemukakan teori atom dalam mencari unsur dasar dari segala sesuatu di mana mereka mengemukakan bahwa zat terdiri dari bangun butir, dan terdiri dari atom yang tidak dapat dibagi, tak dapat dimusnahkan, dan tak dapat diubah. Atom-atom dapat berbeda dalam jumlah dan susunannya. Semua perubahan merupakan akibat dari penggabungan dan penguraian atom menurut hukum sebab akibat.


            Plato menyangkal teori atom. Ia menyatakan bahwa pengetahuan yang benar adalah yang sejak semula telah ada dalam alam pikiran/alam ide. Apa yang tampak oleh pancaindera hanyalah bayangan belaka. Pengalaman yang kekal dan benar telah dibawa oleh dari alam gaib. Ia memiliki cara berpikir yang berbeda dengan filosof sebelumnya, sebagai seorang sastrawan, ia tidak berpikir yang bersifat materialistic sebagaimana para filsuf sebelumnya. Menurutnya bahwa keanekaraman yang terlihat sekarang ini hanyalah sesuatu duplikat saja dari semua yang kekal dan immaterial. Gajah yang bertubuh besar yang kita lihat hanyalah  duplikat belaka yang tidak sempurna, maka yang benar adalah idea gajah. Selanjutnya konsep ini dikenal dengan konsep alam idea plato.
Jadi setiap filsuf mempunyai pandangan berbeda mengenai seluk beluk alam semesta. Perbedaan pandangan bukan selalu berarti negatif, tetapi justru merupakan kekayaan khazanah keilmuan. Terbukti sebagian pandangan mereka mengilhami generasi setelahnya yang dimulai oleh Aristoteles.



Pustaka
Ringkasan Peradaban Yunani Kuno, Susanto Fitri, 2010
Ilmu Alamiah Dasar, Tutut Dwi S, Universitas Kadiri, Kediri, 2010
Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Zamzami Subhan, 2010
http://ratnopunya.blogspot.com/2010/01/perkembangan-ilmu-pada-zaman-yunani.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Thales

http://id.wikibooks.org/wiki/Yunani_Kuno/Tujuh_yang_Terkenal



[1] Sparta adalah kota pada zaman Yunani Kuno yang merupakan ibukota Laconia dengan kota terpenting Peloponesus di tepi Sungai Eurotas. Sparta didirikan oleh orang-orang Doria yang mengalahkan Laconia dan Messenia yang pada perkembangannya menjadi sangat kuat dan berkuasa. Pada abad ke-7 SM, Sparta merupakan pusat kesusastraan namun sesudah tahun 600 SM ilmu kemiliteran yang lebih ditonjolkan. Anak-anak dari golongan berkuasa (Spartiate) dilatih menjadi militer. Di bawah golongan militer adalah golongan perioeci (tukang dan pedagang) dan helot (budak-budak). Hanya kaum Spartiate yang memiliki hak hukum dan hak sipil.
[2] Athena atau Atena adalah ibukota negara Yunani. Dalam bahasa Yunani Modern (bahasa Dhimotiki) kota ini disebut Athina. Kota ini berpenduduk sekitar 700.000 jiwa namun bila dihitung dengan daerah metropolitannya, jumlah penduduknya adalah sekitar 3,5 juta jiwa. Athena menjadi pusat ekonomi, budaya, dan politik Yunani dan  juga sering disebut sebagai asal dari peradaban barat karena berbagai pencapaian kebudayaannya pada abad ke-4 dan ke-5 dan membuatnya kaya akan berbagai bangunan, monumen, dan karya seni kuno. Salah satu yang paling terkenal adalah Akropolis yang menjadi salah satu bukti seni Yunani klasik.
[3] Mitosentris : Paham bahwa semua kejadian dialam raya ini dipengaruhi oleh para dewa
[4] Logosentris : Cara berpikir yang berpusat pada “logos” atau ilmu.
[5] Miletus : sebuah kota tua di pantai barat Asia Kecil (sekarang Turki), dekat muara sungai Maender
[6] Hylozoism adalah filosofis dugaan bahwa beberapa materi hal-hal atau semua memiliki kehidupan, atau bahwa semua kehidupan adalah tidak dapat dipisahkan dari materi. Ini berarti bahwa alam semesta pada dasarnya hidup atau yang "mati" materi memiliki kekuatan laten abiogenesis.
[7] Apeiron adalah sesuatu yang paling awal dan abadi, tak terbatas
[8] Panteisme : semua dan  'theos'  ( Tuhan). Secara harafiah artinya adalah "Tuhan adalah Semuanya" dan "Semua adalah Tuhan". Ini merupakan sebuah pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan abstrak imanen yang mencakup semuanya; atau bahwa Alam Semesta, atau alam, dan Tuhan adalah sama. Definisi yang lebih mendetail cenderung menekankan gagasan bahwa hukum alam, Keadaan, dan Alam Semesta (jumlah total dari semuanya adalah dan akan selalu) diwakili atau dipersonifikasikan dalam prinsip teologis 'Tuhan' atau 'Dewa' yang abstrak.
[9] Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan sejarah alam semesta berskala besar. Secara khusus, ilmu ini berhubungan dengan asal mula dan evolusi dari suatu subjek.